fanpage


Rabu, 24 Oktober 2012

renungan malam



Mewaspadai Gaya Hidup Bebas

Wahai saudaraku, semoga kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala selalu bersama kita, tak bisa dipungkiri bahwa gaya hidup bebas, lepas sama sekali dari kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dan berbagai aturan (termasuk syari’at) yang ada merupakan fenomena yang terjadi pada sebagian manusia. Padahal bila dirunut hakikat dan ihwalnya, tak sepantasnya bagi mereka memilih kehidupan yang bersifat bebas tersebut.

Betapa tidak, dengan segala hikmah dan keadilan-Nya Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia sebagai makhluk yang dilingkupi segala kelemahan dan keterbatasan. Mengawali kehidupannya dalam keadaan lemah, kemudian sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Allah, Dialah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Ar-Rum: 54)

Sungguh tanpa nikmat, karunia, pertolongan dan kekuatan dari Allah subhanahu wa ta’ala, tak mungkin manusia bisa menjalani pahit getirnya kehidupan ini dengan selamat. Karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan mereka dengan firman-Nya:

“Hai sekalian manusia, kalianlah yang amat butuh kepada Allah, dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (Fathir: 15)

Demikianlah manusia dengan segala kelemahan dan keterbatasannya. Semua pada hakikatnya dalam perjalanan menuju Rabb-nya. Sedangkan kemampuannya untuk beramal sangat terbatas pada umur yang Allah subhanahu wa ta’ala tentukan. Saat kematian tiba, tak seorang pun dapat menghindar atau menangguhkannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (al-Munafiqun: 11)

Wahai saudaraku, semoga nikmat husnul khatimah mengiringi akhir kehidupan kita, ketahuilah bahwa gaya hidup bebas, lepas sama sekali dari kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dan berbagai aturan termasuk syari’at agama merupakan perbuatan tercela yang dimurkai oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Gaya hidup bebas sangat berbahaya bagi kehidupan umat manusia, terkhusus kaum muslimin. Dengannya, berbagai tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan akan hancur. Masing-masing akan berbuat sesuai dengan kehendak hawa nafsunya. Yang penting senang, yang penting puas… Ada yang berbuat zina, minum minuman keras (miras), narkoba, berjudi dengan segala modelnya, pornoaksi, pornografi, dan berbagai kemaksiatan lainnya. Sementara pembunuhan, perampokan, penjambretan, pencurian, korupsi, penipuan, dan berbagai tindakan kriminalitas lainnya pun menjamur di mana-mana.

Demikian pula dalam kehidupan baragama, gaya hidup bebas dapat merusak akidah dan ibadah kaum muslimin. Di antara mereka ada yang berbuat kesyirikan dan ada pula yang melakukan berbagai amalan tanpa bimbingan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Tidakkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (al-Furqan: 43-44)

Bisa dibayangkan, betapa hancurnya sebuah masyarakat manakala kehidupannya disamakan oleh Allahsubhanahu wa ta’ala dengan kehidupan binatang ternak bahkan lebih parah darinya. Oleh karena itu, dari sisi manakah alasan manusia untuk memilih gaya hidup bebas? Pantaskah perilaku buruk itu ditujukan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Pencipta alam semesta ini?! Betapa naifnya manusia (siapapun dia) bila memilih gaya hidup bebas, dengan menuhankan hawa nafsu, melepaskan diri dari ikatan syari’at Islam yang mulia dan mencampakkan fitrah yang suci

Tidak ada komentar:

Posting Komentar