fanpage


Rabu, 24 Oktober 2012

renungan malam



Wahai saudaraku, semoga hidayah Allah subhanahu wa ta’ala selalu mengiringi kita, tak bisa dimungkiri bahwa kehidupan dunia ini dikitari dengan keindahan dan kenikmatan. Semuanya dijadikan indah pada pandangan manusia. Itulah kesenangan hidup di dunia. Namun di sisi Allah-lah sesungguhnya tempat kembali yang baik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada segala apa yang diingini (syahwat), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (al-Jannah).” (Ali Imran: 14)

Betapa pun menyenangkannya kehidupan dunia itu, sungguh ia adalah kehidupan yang fana. Semuanya bersifat sementara. Tiada makhluk yang hidup padanya melainkan akan meninggalkannya. Tiada pula harta yang ditimbun melainkan akan berpisah dengan pemiliknya. Keindahan dunia yang mempesona dan kenikmatannya yang menyenangkan itu pasti sirna di kala Allah subhanahu wa ta’ala menghendakinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah di antara kalian serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur, dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya, dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (al-Hadid: 20)

Sudah sepatutnya bagi setiap pribadi muslim untuk memahami hakikat kehidupan dunia, agar tidak salah jalan dalam menempuhnya. Terlebih ia bukan akhir dari perjalanan seorang hamba dalam menuju Rabb-nya. Masih ada dua fase kehidupan berikutnya; kehidupan di alam kubur (barzakh) dan kehidupan di alam akhirat.

Di alam kubur (barzakh), masing-masing akan menghuninya seorang diri tanpa ditemani oleh kawan atau orang yang dicinta. Sedangkan segudang harta yang telah lama ditimbunnya di dunia tak lagi setia di sampingnya. Dengan hanya mengenakan kain kafan yang melilit di tubuh, berbaring di liang lahat yang sempit dan tak beralaskan sesuatu pun, masing-masing akan mendapatkan azab kubur atau nikmat kubur sesuai dengan perhitungannya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

Adapun di alam akhirat, masing-masing akan menghadap Allah subhanahu wa ta’ala seorang diri pula guna mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang dikerjakannya selama hidup di dunia, kemudian akan diberi balasan yang setimpal oleh Allah subhanahu wa ta’ala atas segala yang diperbuatnya itu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja (berbuat) dengan penuh kesungguhan menuju Rabb-mu, maka pasti kamu akan menemui-Nya (untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang dilakukan).” (al-Insyiqaq: 6)

“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah (unsur yang amat kecil) pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejelekan seberat dzarrah (unsur yang amat kecil) pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya.” (az-Zalzalah: 7-8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar